April 11, 2012

mimpi dan bersabar

huaaa... sebentar lagiiii...tung itung itung... hariii...
kmrn waktu check up rutin pak dokter bilang kemungkinan 2 minggu paling cepet bisa ketemu dengan si dede' yayyyy..ga sabarrrr...
dan sekarang saya sedang menghipno diri sendiri "kalo selama hamil sungguh moment yang membahagiakan dan luarrrr biasaaaaa..maka begitu juga dengan proses lahir nanti" okay boy, lets rock that day!!!!!!! "melahirkan itu membahagiakan" ucapkan terus tiap inget wes pokoknya :))
buang semua was-was dan negative thingking pokoknya *tarik napas panjanggggg

sebenernya kalo masalah persiapan menyambut si jagoan ini kita termasuk yang santai santai saja. ga ada kegiatan kalap belanja, semua biasa aja. bukan karena ga exited, tapi kita lebih prepare sama mental dan finansial. soal popok dan bolonya udah beli (dan UDAH DIBELIIN JUGA SAMA BUDHE BALI yayyness..) dan mengikuti saran para orang tua, 'ga usah lebay' jadi bener-bener yang penting aja dulu yang di beli. nanti sambil jalan bisa tau kok apa aja kebutuhannya. dan tentu saja sikap ini "bukan gue banget" kalo terjadinya beberapa tahun kemarin. haha.

karena saya tipe lebay suka ngikut-ngikut kwkwkw, duluu, melihat banyak temen yang udah lebih dulu mengalami masa kalap belanja baju buat babynya saya suka membayangkan pasti nanti bakalan kaya gitu juga, mungkin bisa lebih lebay lagi :D
tapi ketika saya hamil dan sekarang udah ga sabar lagi ketemu si boy saya malah lebih tenang dan anteng. oke memang udah ada list semua kebutuhan tapi saya ga langsung ngeracau ke suami "ayo kita beli..ayo kita ngabisin duit". aneh juga dengan saya yang sekarang. kita beli yang bener-bener penting tapi tetep pilih yang paling mahal haha *sama waeee* ato hal ini terjadi karena kebutuhan si boy udah dibeliin semua ma kakakku ya. tinggal nunggu datangnya barang aja nih *wink*kasihkodekeorangnya*

tapi memang sekarang saya merasakan perubahan. dulu saya tipe orang yang paling ga sabaran, apalagi kalo ada kemauan ato keinginan. pokoknya harus dapet dan secepat mungkin terwujud, kalo ga ngambek dech. tanya ibuku. dan perubahan ini terjadi setelah saya menikah. mungkin ini karena saya belajar atau bisa juga karena doa-doa suami tiap malam jadi akhirnya istrinya bisa lebih sadar :))
dulu saya ingat ketika awal menikah, saya berprinsip engga mau yang namanya tinggal di rumah mertua. makanya saya minta suami pokoknya begitu saya sampai di kotanya rumah harus udah ada. padahal pada saat itu suami punya pemikiran lain. karena saya benar-benar baru dia ingin saya adaptasi dulu sambil sementara tinggal di rumah biar ada ibunya yang nemenin saya kalo dia kerja. tapi saya ngotot pengen langsung tinggal sendiri. karena mendadak akhirnya malah dapet rumahnya yang jauh di pinggir kota dan daerahnya sepi. akhirnya bapak mertua ga ngijinin kita nempatin rumah itu dan maksa saya tinggal di rumah dulu sampai dapet rumah yang dikota dan lebih mudah fasilitasnya mau kemana - mana gampang (alasannya dia khawatir kalo saya sendirian di rumah sedang suami suka lembur sampe malem). awal tinggal di rumah mertua saya memang merasa rikuh dan ga sabar pengen mandiri, tapi ternyata begitu tiba waktu suami ngajakin buat mandiri dan pindah ke rumah sendiri, saya berasa sediiihhhh sekali harus ninggalin rumah mertua (keenakan ceritanya hahaha). sampe sekarangpun suka ditelponin bapak mertua buat makan bareng dirumahnya.

selama saya hidup dengan suami banyak banget pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan. terutama untuk sifat saya ini yang ga sabaran. karena suami tipe yang sabar dan terencana mau menikmati proses. suami tidak pernah bilang tidak pada semua keinginan saya. apa yang saya minta dia selalu bilang iya, oke, siap!! bahkan kadang saya merasa dia terlalu memanjakan. hal ini membuat saya tersadar dan jadi mulai berpikir. memang dia selalu memenuhi permintaan saya, tapi dia juga mengajak saya menikmati proses untuk mendapatkan keinginan itu di saat yang tepat. dia tidak menyuruh tapi dia mencontohkan, dan tanpa lelah terus mengulang pelajaran ini. setiap saya protes dan mulai ngotot dia akan mengajak saya untuk melihat lagi kenapa memang tidak selalu apa yang kita inginkan harus didapatkan saat itu juga. bersabar dan menunggu justru membuat kita mendapatkan jauh lebih baik dari yang kita harapkan. dia mengajarkan untuk selalu mempunyai impian, mengajarkan juga untuk berusaha meraihnya tapi juga mencontohkan bersabar untuk bisa mendapatkannya di saat yang tepat, tanpa harus memaksakan diri untuk mendapatkannya saat itu juga. karena ternyata itulah pangkal terjadinya stres, yap seperti yang saya alami dulu.

kita punya banyak mimpi, punya banyak keinginan, tapi kita juga menikmati apa yang kita miliki saat ini. tidak pernah berhenti berusaha untuk meraih mimpi, tapi tidak juga melupakan kita sudah mendapatkan ribuan nikmat yang tidak bisa terhitung jumlahnya dari Allah saat ini. mungkin inilah yang membuat saya lebih tenang dan lebih rileks menjalani hidup.
dan yang pasti saya tidak pernah kok berhenti bermimpi dan tidak berhenti untuk mewujudkan keinginan dan impian itu :) dan semuanya itu ada prosesnya.

*ini harus ditulis karena saya tidak ingin melupakan insight yang saya dapatkan ini*


April 02, 2012

Menikah

beberapa waktu lalu mertua saya mempunyai hajat menikahkan anak bontotnya. walo ga tinggal serumah dengan mertua tapi hampir setiap hari saya dan suami selalu nyempetin buat maen walo kadang cuma 10menitan, sekedar mampir. dan saya melihat sendiri bagaimana riweh dan sibuknya mereka mempersiapkan pernikahan kali ini. semua orang sibuk dan tentu saja , sebuah pernikahan ga asyik kan kalo ga ada permasalahan dalam mempersiapkannya.
tapi jujur saya ikut stres melihat proses presiapan pesta pernikahan itu karena ibu mertua yang jadi sakit-sakitan dan stres berattt . dan yang bisa saya lakukan cuman sekedar nemenin ngobrol dia mendengarkan ceritanya tentang hal-hal yang memusingkan menurut beliau, bawain kue-kue kesukaannya ato cerita menghibur tentang kehamilan dan cucunya yang ternyata cuman bisa membuat tersenyum saat itu saja, berikutnya tetap saja menangis :(
keinginan anaknya yang ingin mendapatkan pesta seperti impiannya dan kebiasaan orangtuanya yang sederhana tentu saja membuat keluarga tersebut sedikit kelimpungan dalam segala persiapan, dan dampak psikis yang di timbulkan akibat stressor yang muncul belum hilang sampe saat saya menulis ini, ketika sudah hampir sebulan berlalu. ibu mertua masih sakit dan entah apa saja yang dia pikirkan saat ini. sedih melihatnya :((

saya jadi inget dua tahun yang lalu, waktu itu persiapan pernikahan saya serahkan semuanya sama ibu. saya manut saja dengan kemauannya, tapi, bukan berarti lancar jaya. ada ego saya yang alasannya sangat 'tolol' sempat membuat saya terlibat perang dingin dengan ibu dan bapak walo sebentar dan bukan hal yang besar, tapi penyesalan sesudahnya yang masih terus teringat sampai sekarang apalagi pas ngeliat pernikahan adik ipar kemarin. kenapa juga dulu saya bisa bersikap bodoh begitu, padahal hanya karena hal sepele. Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan belajar dan melihat kesalahan, jangan sampai hal itu terulang, membuat ibu dan bapak bersedih karena keegoisan saya. sebisa mungkin sekarang hanya kebahagiaan yang saya berikan buat mereka. karena melihat ibu mertua begitu bersedih mengingatkan saya pada ibuku sendiri walo masalah yang saya timbulkan waktu itu ga seberapa jika dibandingkan dengan beban yang ibu mertua rasakan, tapi sedih juga kannnnnn.

padahal ketika pernikahan sudah terjadi dan mulai memasuki kehidupan pernikahan yang sebenernya semuanya itu menjadi tampak tidak penting lagi. pesta yang mewah, makanan yang mewah dan semua printilan-printilannya itu semua hanya akan terlupakan begitu saja. pengantinnya mungkin kadang masih bisa mengingat tapi para tamu yang dulu diharapkan terkesan dengan pesta yang diadakan bisa jadi langsung lupa begitu menghadiri pesta pernikahan lainnya. lalu buat apa itu semua. menjalani kehidupan pernikahan sungguh jauh berbeda dengan masa berpacaran.atau pada saat pesta berlangsung.
tidak tahu apakah pasangan lain juga mengalami hal yang sama, tetapi buat saya dan suami, menjalani kehidupan yang sebenarnya ya setelah menikah dan hidup bersama . itulah PESTA yang sesungguhnya yang harus kita hadapi.

mengutip kata-kata istri bawel, bahwa pernikahan itu seperti mengupas bawang, berisi tangis dan tawa, menangis karena mata pedih harus mengupas si bawang dan tertawa karena melihat ternyata masih banyak bawang yang harus dikupas :))

ini bukan cerita umum yang pasti terjadi pada setiap orang. saya berserita tentang saya sendiri dan apa yang saya alami, jadi ini bukan mengeneralisasikan suatu sudut pandang. ini murni subyektip sudut pandang saya sendiri

kalo didalam kado sering ada ucapan 'selamat menempuh hidup baru' itu memang benar!! kehidupan setelah saya menikah memang baru semuanya. suami baru, rumah baru, daerah baru, orang tua baru, saudara baru, lingkungan baru, dan baru-baru lainnya. semuanya baru. pantesan juga semua orang waktu itu bilang kita penganten baru (ga nyambung)
dan proses untuk beradaptasi itulah yang membuat kita mengalami masa 'menangis mengupas bawang' pada waktu itu. dan kita sungguh-sungguh bersyukur bisa melewati dan mendapatkan cara agar mata tidak perih ketika 'mengupas si bawang' itu.
menangis ketika mengupas bawang itu pasti, tapi setelah bawang di goreng, sungguh menyedapkan setiap masakan kan? ya sama dengan kehidupan pernikahan. ketika bergulat dengan proses saling mengenal dan beradaptasi mungkin sambil diselingi tangis, tapi ketika sudah mendapatkan "klik" nya tinggal tawa dan masa berpacaran dengan suami/istri yang indah yang kita dapatkan :)))

jadi bukan pestanya yang harus di buat tampak semewah dan semeriah mungkin, ato makeup artisnya harus yang terbaik agar menjadi pengantin tercantik hari itu, atau undangannya di buat seelegan mungkin agar orang takjub, tapi yang paling penting adalah, bagaimana suami dan istri bahu membahu bergandengan tangan bekerja sama, membuat pernikahan seumur hidup menjadi megah, meriah, elegan dan istri selalu merasa cantik kapanpun juga, tanpa harus berusaha agar semua orang tahu dan kagum. tapi kebahagiaan itu bisa dirasakan oleh masing-masing pasangan. karena bahagia itu berasal dari hati, dan ketika bahagia maka akan nyaman menjalani hari - hari pernikahan, cinta akan terpupuk setiap harinya. kebahagiaan itu untuk dirasakan bukan untuk diperlihatkan pada orang-orang.
menikah berarti menautkan dua hati saling membutuhkan untuk menjalani hari bersama sampai nanti di akhirat. aamiin.