April 02, 2012

Menikah

beberapa waktu lalu mertua saya mempunyai hajat menikahkan anak bontotnya. walo ga tinggal serumah dengan mertua tapi hampir setiap hari saya dan suami selalu nyempetin buat maen walo kadang cuma 10menitan, sekedar mampir. dan saya melihat sendiri bagaimana riweh dan sibuknya mereka mempersiapkan pernikahan kali ini. semua orang sibuk dan tentu saja , sebuah pernikahan ga asyik kan kalo ga ada permasalahan dalam mempersiapkannya.
tapi jujur saya ikut stres melihat proses presiapan pesta pernikahan itu karena ibu mertua yang jadi sakit-sakitan dan stres berattt . dan yang bisa saya lakukan cuman sekedar nemenin ngobrol dia mendengarkan ceritanya tentang hal-hal yang memusingkan menurut beliau, bawain kue-kue kesukaannya ato cerita menghibur tentang kehamilan dan cucunya yang ternyata cuman bisa membuat tersenyum saat itu saja, berikutnya tetap saja menangis :(
keinginan anaknya yang ingin mendapatkan pesta seperti impiannya dan kebiasaan orangtuanya yang sederhana tentu saja membuat keluarga tersebut sedikit kelimpungan dalam segala persiapan, dan dampak psikis yang di timbulkan akibat stressor yang muncul belum hilang sampe saat saya menulis ini, ketika sudah hampir sebulan berlalu. ibu mertua masih sakit dan entah apa saja yang dia pikirkan saat ini. sedih melihatnya :((

saya jadi inget dua tahun yang lalu, waktu itu persiapan pernikahan saya serahkan semuanya sama ibu. saya manut saja dengan kemauannya, tapi, bukan berarti lancar jaya. ada ego saya yang alasannya sangat 'tolol' sempat membuat saya terlibat perang dingin dengan ibu dan bapak walo sebentar dan bukan hal yang besar, tapi penyesalan sesudahnya yang masih terus teringat sampai sekarang apalagi pas ngeliat pernikahan adik ipar kemarin. kenapa juga dulu saya bisa bersikap bodoh begitu, padahal hanya karena hal sepele. Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan belajar dan melihat kesalahan, jangan sampai hal itu terulang, membuat ibu dan bapak bersedih karena keegoisan saya. sebisa mungkin sekarang hanya kebahagiaan yang saya berikan buat mereka. karena melihat ibu mertua begitu bersedih mengingatkan saya pada ibuku sendiri walo masalah yang saya timbulkan waktu itu ga seberapa jika dibandingkan dengan beban yang ibu mertua rasakan, tapi sedih juga kannnnnn.

padahal ketika pernikahan sudah terjadi dan mulai memasuki kehidupan pernikahan yang sebenernya semuanya itu menjadi tampak tidak penting lagi. pesta yang mewah, makanan yang mewah dan semua printilan-printilannya itu semua hanya akan terlupakan begitu saja. pengantinnya mungkin kadang masih bisa mengingat tapi para tamu yang dulu diharapkan terkesan dengan pesta yang diadakan bisa jadi langsung lupa begitu menghadiri pesta pernikahan lainnya. lalu buat apa itu semua. menjalani kehidupan pernikahan sungguh jauh berbeda dengan masa berpacaran.atau pada saat pesta berlangsung.
tidak tahu apakah pasangan lain juga mengalami hal yang sama, tetapi buat saya dan suami, menjalani kehidupan yang sebenarnya ya setelah menikah dan hidup bersama . itulah PESTA yang sesungguhnya yang harus kita hadapi.

mengutip kata-kata istri bawel, bahwa pernikahan itu seperti mengupas bawang, berisi tangis dan tawa, menangis karena mata pedih harus mengupas si bawang dan tertawa karena melihat ternyata masih banyak bawang yang harus dikupas :))

ini bukan cerita umum yang pasti terjadi pada setiap orang. saya berserita tentang saya sendiri dan apa yang saya alami, jadi ini bukan mengeneralisasikan suatu sudut pandang. ini murni subyektip sudut pandang saya sendiri

kalo didalam kado sering ada ucapan 'selamat menempuh hidup baru' itu memang benar!! kehidupan setelah saya menikah memang baru semuanya. suami baru, rumah baru, daerah baru, orang tua baru, saudara baru, lingkungan baru, dan baru-baru lainnya. semuanya baru. pantesan juga semua orang waktu itu bilang kita penganten baru (ga nyambung)
dan proses untuk beradaptasi itulah yang membuat kita mengalami masa 'menangis mengupas bawang' pada waktu itu. dan kita sungguh-sungguh bersyukur bisa melewati dan mendapatkan cara agar mata tidak perih ketika 'mengupas si bawang' itu.
menangis ketika mengupas bawang itu pasti, tapi setelah bawang di goreng, sungguh menyedapkan setiap masakan kan? ya sama dengan kehidupan pernikahan. ketika bergulat dengan proses saling mengenal dan beradaptasi mungkin sambil diselingi tangis, tapi ketika sudah mendapatkan "klik" nya tinggal tawa dan masa berpacaran dengan suami/istri yang indah yang kita dapatkan :)))

jadi bukan pestanya yang harus di buat tampak semewah dan semeriah mungkin, ato makeup artisnya harus yang terbaik agar menjadi pengantin tercantik hari itu, atau undangannya di buat seelegan mungkin agar orang takjub, tapi yang paling penting adalah, bagaimana suami dan istri bahu membahu bergandengan tangan bekerja sama, membuat pernikahan seumur hidup menjadi megah, meriah, elegan dan istri selalu merasa cantik kapanpun juga, tanpa harus berusaha agar semua orang tahu dan kagum. tapi kebahagiaan itu bisa dirasakan oleh masing-masing pasangan. karena bahagia itu berasal dari hati, dan ketika bahagia maka akan nyaman menjalani hari - hari pernikahan, cinta akan terpupuk setiap harinya. kebahagiaan itu untuk dirasakan bukan untuk diperlihatkan pada orang-orang.
menikah berarti menautkan dua hati saling membutuhkan untuk menjalani hari bersama sampai nanti di akhirat. aamiin.


No comments:

Post a Comment