May 06, 2011

Ternyata..cinta pertama itu...'means nothing' (eps.1)

first love, seribu cerita klo tentang kata yang satu ini, ada yang manis ada juga yang cerita berdarah - darah. ah sudahlah, saya ga pengen membahasnya dengan cerita yang mehe - mehe ato yang sok melankolis. karena saya ga mau terlalu berlebihan mengagungkan kata itu menjadi suatu lembaran kisah yang sepertinya terlalu penting, takut atau belum mau untuk disobek dan dibuang, dan yakin ga sedikit yang tidak mampu untuk melakukan itu, walo saat ini bukan cinta pertama itu yang menjadi guliran kisahnya.

bukan saya engga mengakui existensi 'cinta pertama' yang katanya setiap orang pasti mempunyainya. saya pun sampai saat ini engga ngerti apakah memang dia itu cinta pertama ato bukan, tapi yang saya cukup sadar, dialah yang mampu membuat saya merasakan cinta sekaligus sakit hati bersamaan. dan yang pasti butuh waktu yang lama untuk proses healingnya sampai akhirnya saya tulis disini, karena entah kenapa tiba - tiba saja saya mendapat idenya. sebuah tulisan dimana saya sudah berada pada kondisi yang 'putih' sudah lama, mungkin sudah lewat dari 4 tahun tidak ada perasaan apapun tentang dia, entah marah, sedih, bahkan cinta. sudah engga, alhamdulillah.

klo dibilang "first love at the first sight" saya bisa jawab "mungkin iya" karena saya langsung tertarik padanya pada saat pertama melihat dia masa kuliah dulu. semua yang ada pada dia terlihat sangat menarik dan saya menyukai "sesuatu" itu yang ada pada dirinya *obyektif, no heart feeling*
sampai pada akhirnya kita 'jadian' pada pendekatan yang sangat singkat. sesuatu yang tidak menyenangkan yang menyelimuti hubungan kita sebenarnya sudah bisa terprediksi pada awal kita berpacaran, betapa dia sangat bangga saya menyukainya dan itu terbaca jelas dari matanya (entah apa itu alasannya saya tidak mengerti sampai dengan hari ini). kebanggaan yang lebih pada 'kepalanya jadi tampak besar' di mata saya. bukan sesuatu yang bagus menurut feeling saya waktu itu.

menjalani masa pacaran yang engga 'sehat' menurut saya, tentu saja hal ini saya pahami setelah saya sembuh dari sakit pada tahun 2006an di akhir saya berjuang menyelesaikan skripsi. tidak sehat, tentu itu untuk mental saya, pertama, karena bersamanya saya tidak bisa menjadi diri saya sendiri, tidak bisa leluasa bercerita apa saja, lebih banyak menjadi pendengar dan terlihat menjadi sangat pendiam dan kaku, yang tentu saja itu bukan saya. ketakutan untuk berbuat salah, takut membuat marah, yang entah itu karena apa. karena saya yang memang tidak bisa menjadi diri sendiri saking begonya atau memang dia yang membuat saya tidak bisa.

pacaran kita sangat kaku dan dingin. apalagi dia yang di mata saya suka bertindak seenaknya, tiba - tiba tidak ada kabar berita, dan tiba - tiba muncul dengan seenaknya. bahkan saya masih ingat pernah dia dua minggu tidak tampak batang hidungnya. semua telepon dan sms saya mubazir, dan itu tanpa saya tahu apa sebabnya, padahal seingat saya terakhir kita bertemu tidak ada pertengkaran atau beda pendapat. dia yang sangat kaku ketika bersikap dan berbicara pada saya waktu itu membuat saya jadi mengikuti alurnya, ikut juga menjadi kaku. entahlah mungkin itu yang menjadi sebab kenapa saya bilang pacaran kita tidak 'sehat'. apa yang dia pikirkan begitupun sebaliknya, apa yang saya pikirkan tidak pernah terbahas dan terbicarakan, masing - masing berpikir dengan caranya dan bergumul sendiri dengan pikiran itu tanpa akhir.tidak ada sharing cerita atau berbicara sampai tidak ada lagi bahasa.

sampai pada suatu malam, dia tiba - tiba datang ke kosan dan mengatakan "ada masalah pada diriku, dan itu datangnya dari diriku sendiri kamu tidak salah, nanti kita bicarain lagi" dan dia pergi begitu saja. meninggalkan segudang pertanyaan dalam otak saya, dan diapun menghilang. makin lama ego saya berontak dengan segala sikapnya, sampai saya menghubungi dan menantangnya untuk berbicara. dan dengan mudah saya bisa menebak, tiba - tiba dia mengajukan permintaan untuk berpisah. begitu saja.

masa saya merangkak untuk menjadi dewasa pun di mulai, setelah masa 'bercinta untuk kaum muda' saya menjalani masa pembelajaran yang berat dan penuh makna. pembelajaran lembar demi lembar ilmu berharga tentang menjadi dewasa mulai saya jalani, dan yang memberatkan adalah selama proses itu dia kembali datang dalam kehidupan saya setelah sekian lama berpisah dan tentu saja tetap dalam kisah "kau datang dan pergi..begitu saja.....*letto*..." dan peristiwa itu setelah saya lulus saya mampu melihat, bahwa kedatangan dia pada waktu itu melengkapi ujian - ujian, pelajaran dan ilmu yang saya peroleh, dan semuanya terselesaikan. yang paling membanggakan, pada masa tahun 2007 itu saya bisa mengucap dengan lantang "saya lulus dengan memuaskan" baik untuk menjadi sarjana psikologi maupun untuk lepas dari pesona cinta masa muda.
setelah baku hantam dengan data - data hasil penelitian dan proses panjang menyelami skripsi bersama dosen bijak yang saya kagumi karena kesabarannya menuntun saya paragrap per paragrap demi saya mengerti dan paham apa yang saya tulis sendiri. mengajak saya menyusun sebuah karya tanpa ada dosa didalamnya karena jebakan copy paste yang memikat, di sambi saya bergulat dan terjebak pada cinta tanpa arah dan makna, sungguh sebuah perjuangan memupuk logika dan membunuh rasa.

dan cobaan yang di iringi tapak - tapak pedih yang dia tinggalkan akhirnya justru membawa saya pada sebuah pengalaman indah tak terperikan. masa gelap yang membuat saya jatuh bangun dan tersungkur kembali akhirnya harus berjuang lagi untuk bangkit lagi, ternyata justru menguatkan pribadi, akal, logika dan pemikiran - pemikiran saya. ketakutan saya jika proses ini tidak berhasil justru akan mengeraskan hati saya atau bisa juga menjadikan saya sosok yang skeptis dan apatis ternyata tidak terjadi, alhamdulillah. yang terjadi adalah saya sungguh - sungguh memaknai setiap ujian dan saya melaluinya dengan nilai akhir senyuman indah. walo saat itu saya belum menemukan cinta yang lain, ternyata saya bisa tersenyum dengan tulus dan mengembangkan tangan, berteriak "saya sembuh" dan "saya lulus" untuk semuanya. untuk kuliah yang paling penting dan untuk cinta yang pada saat itu saya belum tau makna dan keindahan yang sebenarnya.

setelah saya merasa terbebas dengan segala perasaan - perasaan yang terlalu memberatkan hati dan otak saya selama tahun 2006, setelah saya merasa merdeka dan mampu bernapas lega, menatap dunia dengan modal besar arti menjadi dewasa, saya melengkapinya dengan mengucap kata "maaf" kepadanya. dengan besar hati dan tulus saya meminta maaf, mungkin kalau ternyata ada ucap dan polah saya yang juga menyakitinya (pada saat itu teman - teman pada protes kenapa justru saya yang minta maaf) tapi saya yakin kata maaf inilah yang akan menjadi pintu penutup untuk semuanya. pintu penutup yang tak berkunci dan akan saya tinggalkan jauh di belakang karena saya berlari, berlari menjemput impian dan masa depan saya tanpa ada sisa dari masa lalu.dan dia yang tak mengucap maafpun tak saya permasalahkan, karena itu udah ga penting, maaf itu urusan dia dengan dirinya sendiri dan Tuhan. sudah tidak ada lagu hubungannya dengan saya.*ketokpalu, selesai*
to be continued 

                                                                                                                picture from tumblr

No comments:

Post a Comment